Upacara Adat Pesta Dadung dari Kuningan

Pelaksanaan Pesta Dadaung
Pesta dadung awalanya diirng ku gamelan yang kumplit, namun gamelan tersebut terbakar pada masa DI / TII, selanjutnya diganti dengan dogdog dan gamelan pelog dan salendro. Upacara ini mempunyai tahapan dalam pelaksanaannya, tahpan nya adalah :
1. Kebaktian
2. Rajah Pamunah (Tulak Allah atau Qulhu Sungsang)
3. Hiburan yaitu tayuban
Upacara akan dimulai apabila semua persiapan dan persyaratan semua sudah terpenuhi, persyaratan itu antara lain: pengumpulan dadung sipuh atau dadung pusaka, yaitu dadung yang paling besar (dadung Keramat) serta dadung yang dimiliki oleh penggembala. Sesajen yang dibangun tinggi, yaitu parawanten, berbagai sirup atau rujak, serta jajanan pasar. Setelah semua persyaratan dianggap kumplit, acara upacara selanjutnya adalah membakar kemenyan dan membaca mantra, seperti ini mantranya :
Alloh kaula pangampura
parukuyan rat gumilang
aseupna si kendi wulang
ka gigir ka para nabi
ka handap ka ambu ka rama
nu calik tungtung damar
kadaharan tungtung kukus
sakedap kanu kagungan
setelah selesai mebacakan mantra, dadung milik para pengembala diambil oleh para pemilik masing-masing, sedangkan dadung keramat disimpan dalam tampan yang dibawa oleh ronggeng (penari perempuan) sambil menari. Dadung tersebut selanjutnya diberikan kepada kepala desa serta diserahterimakan kepada Raksabumi untuk diberikan kepada kepala upacara. Gulungan dadung kemudian dibuka, satu ujung dadung dipegang sama kepala upacara dan yang satu lagi dipegang sama ketua RT. Selanjutnya kepala ucapara (pembawa upacra) membacakan rajah pamunah, yang diteruskan membaca tulak Allah, setelah itu, dadung ditarik sama kepala desa dan aparat yang lainnya serta ronggeng dalam tembang renggong buyut, setelah selesai dadung disimpan kemudian acara dilanjutkan dengan tayuban, ronggengna yaitu penggembala serta masyarakat yang hadir dalam upacar tersebut, mereka menari sampai pagi-pagi sampai jam 04.00 WIB.
Falsapah dari tradisi upacara pesta dadung yaitu upacara dadung merupakan kesenian tradisional Masyarakat Kabupaten Kuningan yang masih menjungjung tinggi nilai budaya leluhur dari tahun ke tahun. Nilai yang dalam tradisi ini salah satunya nilai reliji, dimana tradisi ini , dimana tradisi ini awal dari kebiasaan pengembala dan petani yang menjadi media mengungkapkan rasa syukur, sebab dadung pada waktu itu dipakai untuk mengikat kerbau atau sapi untuk membajak sawah. Selain itu pesta dadung merupakan media untuk penyebaran agama islam di kabupaten kuningan, sebab pada waktu itu pertama kali ajaran islam masuk ke kabupaten kuningan pesta dadung sudah menjadi pertungjukan dan hiburan masyaraktnya yang dimanfaatkan oleh Sunan Gunung Djati untuk menyebarkan agama islam.
Agar mudah mengakses Blog ini di smartphone, klik ikon 3 titikdi browser Chrome kemudian pilih "Tambahkan ke layar utama".