Candi Cangkuang yang populer di Jawa Barat
Apakah anda tahu Candi Cangkuang? Candi peninggalan peradaban bangsa Hindu yang terdapat di Kampung Pulo, Candi ini diberi nama cangkuang karena candi ini berada wilayah Cangkuang, jadi nama candi cangkuang diambil dari nama tempat dimana candi tersebut berada. Sedangkan nama daerah cangkuang sendidiri berasal dari sebuah nama pohon Cangkuang atau (Pandanus Furcatus) yang banyak terdapat di sekitar Makam Mbah Dalem Arif Muhammad.
Menurut cerita yang berkembang di masyarakat setempat bahwa Embah Dalem Arif Muhammad adalah tokoh Islam yang
berasal dari Kerajaan Mataram, Jawa TImur. Beliau datang bersama temana-teman (rombongan) untuk menyerang VOC di Batavia dan menyebarkan agama Islam, salah satunya adalah di daerah Desa Cangkuang yang saaat itu penduduknya telah menganut agama Hindu, didesa tersebut terdapat candi ini, candi ini dipelihara dan dijadikan objek wisata di daerah ini selain kampong pulo sendiri. Selain itu, Embah Dalem Arif dan teman-temannyapun yang membuat situ cangkuang dengan membuat bendungan di daerah ini sehingga memjadi sebuah danau yang sekarang dikenal sebagai situ cangkuang.
Lokasi Candi Cangkuang
Candi cangkuan berada di wilayah Desa Cangkuang yang dikelilingi oleh empat gunung besar di Jawa Barat, yang antara lain Gunung Haruman, Gunung Kaledong, Gunung Mandalawangi dan Gunung Guntur. Candi cangkuang berada di 10 Km sebelah utara tarogong arah menuju ke Bandung, tepatnay di daerah Leles. Untuk menuju ketempat obyek wisata ini dari Kec.Leles, baisanya para wisatawan menggunakan kendaraan delman (andong) yang unik. Situ yang dangkal ditutupi oleh bunga teratai yang indah. Ada sebuah pulau kecil di tengah-tenga situ tersebut dan dipulau tersebut terdapat sebuah Candi cangkuang. Candi tersebut hanya salah satu kuil Hindu yang pernah ditemukan di Jawa Barat, merupakan ppenemuan penting pada zaman yang lampau.
Candi Cangkuang telah dibangun pada zaman kerajaan Sunda pertama yaitu Kerajaan Galuh. Di dekat candi ada makam peninggalan penganuat agama Islam, yitu Arief Muhammad. Dia salah seorang tentara kerajaan Mataram dari Jawa Tengah yang pergi menyerang belanda di Batavia pada abad ke 17. penyerangannya gagal, dia tidak kembali, tetapi menetap di Cangkuang mengajar dan menyebarkan agama Islam kepada masyarakat sekitarnya, tepatnya di kampng Pulo dimana keturunanya menetap sampai saat ini. Selain candi cangkuan, di daerah inipun terdapat objek wisata dan penelitina yakni kampung adat yang disebut Kampong Pulo, di kampong ini terdiri 6 (enam) buah rumah yang berjejer dan berhadap-hadapan, masing-masing 3 buah di sebelah kiri dan 3 disebelah kanan, ditambah dengan 1 buah mesjid. Kedua deretan tersebut tidak boleh ditambah dan dikurangi, yang berdiam disana hanya 6 keluarga. Dipinggir situ/danau untuk menyebrang ke Candi Cangkuang terdapat angkutan tradisional yang terbuat dari bambu, tapi aman dan nyaman yang disebut rakit.
Bangunan Candi Cangkuang
Bangunan yang sekarang dapat kita saksikan merupakan hasil pemugaran yang diresmikan pada tahun 1978. Candi ini berdiri pada sebuah lahan persegi empat yang berukuran 4,7 x 4,7 m dengan tinggi 30 cm. Kaki bangunan yang menyokong pelipit padma, pelipit kumuda, dan pelipit pasagi ukurannya 4,5 x 4,5 m dengan tinggi 1,37 m. Di sisi timur terdapat penampil tempat tangga naik yang panjangnya 1,5 m dan lébar 1,26 m. Tubuh bangunan candi bentuknya persegi empat 4,22 x 4,22 m dengan tinggi 2,49 m. Di sisi utara terdapat pintu masuk yang berukuran 1,56 m (tinggi) x 0,6 m (lebar). Puncak candi ada dua tingkat: persegi empat berukuran 3,8 x 3,8 m dengan tinggi 1,56 m dan 2,74 x 2,74 m yang tingginya 1,1 m. Di dalamnya terdapat ruangan berukuran 2,18 x 2,24 m yang tingginya 2,55 m. Di dasarnya terdapat cekungan berukuran 0,4 x 0,4 m yang dalamnya 7 m. Di antara sisa-sisa bangunan candi, ditemukan juga arca (tahun 1800 an) dengan posisi sedang bersila di atas padmasana ganda. Kaki kiri menyilang datar yang alasnya menghadap ke sebelah dalam paha kanan. Kaki kanan menghadap ke bawah beralaskan lapik. Di depan kaki kiri terdapat kepala sapi (nandi) yang telinganya mengarah ke depan. Dengan adanya kepala nandi ini, para ahli menganggap bahwa ini adalah arca Siwa. Kedua tangannya menengadah di atas paha. Pada tubuhnya terdapat penghias perut, penghias dada dan penghias telinga.
Keadaan arca ini sudah rusak, wajahnya datar, bagian tangan hingga kedua pergelangannya telah hilang. Lebar wajah 8 cm, lebar pundak 18 cm, lebar pinggang 9 cm, padmasana 38 cm (tingginya 14 cm), lapik 37 cm & 45 cm (tinggi 6 cm dan 19 cm), tinggi 41 cm.
Candi Cangkuang sebagaimana terlihat sekarang ini, sesungguhnya adalah hasil rekayasa rekonstruksi, sebab bangunan aslinya hanyalah 40%-an. Oleh sebab itu, bentuk bangunan Candi Cangkuang yang sebenarnya belumlah diketahui.
Candi ini berjarak sekitar 3 m di sebelah selatan makam Arif Muhammad / Maulana Ifdil Hanafi.
Tertarik bukan? Selain kita dapat berwisata melepas kepenatan dan mengisi liburan, kitapun dapan menambah wawasan sejarah di tataran sunda yang tidak kalah penting. Candi dan yang lainnya yang ada di cangkuang ini merupakan kekayaan warisan budaya dan sejarah salah satu bangsa kita yang harus dilesatrikan dan di jaga sebagai rasa syukur dan penghargaan bagi para pejuang dan leluhur bangsa kita.
Agar mudah mengakses Blog ini di smartphone, klik ikon 3 titikdi browser Chrome kemudian pilih "Tambahkan ke layar utama".